MEMBANGUN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA
PADA KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TEMBOK ½ Bata
PADA KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TEMBOK ½ Bata
|
Keselamatan bangunan meliputi
persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban
muatan, yang meliputi beban sendiri dan beban yang ditimbulkan oleh
fenomena alam seperti angin dan gempa, serta kemampuan bangunan gedung
dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
Persyaratan
kesehatan meliputi sistem penghawaan, pencahayaan,
sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung. Sistem
penghawaan meliputi pengaturan ventilasi dan pencahayaan
alami atau buatan dimana setiap ruangan harus terjadi
pergantian udara dan mendapatkan pencahayaan yang cukup.
Persyaratan kenyamanan meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Kenyamanan ruang gerak
ditentukan oleh dimensi dan tata letak ruang.
Persyaratan
kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta
kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan
gedung. Kemudahan meliputi tersedianya fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang
cacat dan lanjut usia.
Teknologi konstruksi
bangunan rumah tinggal menurut Kepmen Kimpraswil No. 403/2002
meliputi konstuksi pasangan dengan rangka beton bertulang,
konstruksi ½ tembok, dan kontsruksi kayu panggung maupun
tidak panggung. Selain itu juga dikenal konstruksi rumah bambu dan
konstruksi baja untuk rumah tinggal.
Bahwa
sebagian besar perumahan diperkotaan maupun perdesaan saat ini telah
bergeser pada bangunan tembok. Susenas 2000 menunjukkan sebanyak
86,03% perumahan perkotaan dan 71,28% perumahan perdesaan di Yogya
menggunakan bangunan tembok. Tingginya animo masyarakat terhadap
rumah tembok ini, maka diperlukan informasi khusus yang menyangkut
kaidah-kaidah membangunan rumah tembok yang tahan gempa, mengingat
hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki resiko gempa yang sangat
tinggi.
Prinsip dasar bangunan tahan gempa
adalah setiap komponen-komponen bangunan harus terikat dengan kuat
satu dengan yang lainnya, ikatan tersebut mulai dari pondasi
dengan sloof, sloof dengan kolom praktis, kolom praktis dengan ring
balok, dan ring balok dengan rangka kuda-kuda. Demikian juga pada bagian
pengisi bahwa dinding pasangan bata/bataco harus terikat dengan rangka
kolom praktis, kusen pintu dan jendela harus terikat dengan dinding.
Selain konstruksi yang benar faktor kualitas bahan juga harus
mendukung, karena pemilihan bahan yang kurang baik, akan
mengurangi kekuatan bangunan, terutama pada ikatan-ikatan. Banyak
bangunan yang roboh bukan karena konstruksi akan tetapi kualitas bahan
bangunannya yang sangat rendah.
Saat ini, di
Jawa Barat jumlah banguna rumah tinggal dengan pasangan bata
sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh pergeseran persepsi,
yang dikaitkan dengan status sosial, dimana bangunan tembok
dianggap lebih baik. Namun disamping itu keterbatasan
bahan kayu juga semangkin mendorong masyarakat membangunan rumah
berbasisi tembok, khususnya di Jawa Barat, karena sulitnya mencari kayu
yang berkualitas harga rumah kayu menjadi sangat mahal dibandingkan
rumah tembok. (ars.)
|
|
Ringkasan Syarat-syarat bangunan tahan gempa:
1. bangunan harus berada diatas tanah yang stabil
2. denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, atau seragam, pisahkan bagian yang
tidak teratur
3. pondasi harus terikat kuat dengan balok pondasi/sloof
4. pada setiap luasan dinding 12 m2 harus dipasang kolom praktis, yang diikat kuat1. bangunan harus berada diatas tanah yang stabil
2. denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, atau seragam, pisahkan bagian yang
tidak teratur
3. pondasi harus terikat kuat dengan balok pondasi/sloof
dengan sloof
5. kolom diikat kuat dengan balok keliling/ring balok
6. seluruh kerangka bangunan harus terikat secara utuh
7. gunkan kayu kering sebagai kuda-kuda, pilih bahan atap yang seringan mungkin dan
diikat kuat dengan konstruksi kuda-kuda
8. bahan dinding pilih yang seringan mungkin, papan, papan berserat, papan lapis, bilik,
ikat bahan dinding dengan kolom
9. bila bahan dinding menggunkan pasangan bataco/bata, perhatikan mutu bataco/bataco,
bahan tidak mudah patah dan berbunyi nyaring ketika diadukan. Pada setiap jarak
vertikal 30 cm, pasangan diberi angker yang dijangkarkan ke kolom, panjang angker 50
cm diameter 6 mm
10. perhatikan bahan spasi/adukan, setiap jenis tras, pasir, atau semen punya sifat khusus,
sebaiknya perbandaingan campuran menggunkan standar yang ada
11. pelaksanaan konstruksi sebaiknya dilakukan oleh yang memiliki keahlian
PU-2006 :
3.2 Bangunan Gedung Tidak Bertingkat dengan Konstruksi Rangka Balok dan Kolom dari Beton Bertulang
Beton dan baja tulangan untuk rangka pengaku dinding dari beton bertulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Campuran beton yang dianjurkan minimum perbandingan adalah 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil serta ½ bagian air, sehingga menghasilkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari minimum 175 kg/cm2
b. Bahan pasir dan kerikil harus bersih dan air pencampur tidak boleh mengandung lumpur.
c. Pengecoran beton dianjurkan dilakukan secara berkesinambungan (tidak berhenti di setengah balok atau di setengah kolom).
d. Pengadukan beton sedapat mungkin menggunakan alat pencampur beton (beton molen).
e. Apabila pencampuran beton dilakukan secara manual yang pengadukan betonnya menggunakan tenaga manusia, dianjurkan untuk mengunakan bak dari bahan metal atau bahan lain yang kedap air.
f. Kekuatan tarik baja minimum 2400 kg/cm2
g. Diameter tulangan utama untuk balok lintel, ring balok dan kolom minimum dia 10 mm, dan untuk sengkang minimum dia 6 mm dengan jarak as ke as sengkang 15 cm.
h. Diameter tulangan utama untuk balok sloof/balok pengikat pondasi minimum d 12 mm, dan ukuran sengkang minimum dia 8 mm dengan jarak as ke as sengkang 15 cm.
i. Agar diperoleh efek angkur yang maksimum dari besi tulangan, maka pada setiap ujung tulangan harus ditekuk ke arah dalam balok hingga 115 derajat.
Untuk membatasi luas bidang dinding 16 m2, maka perlu dipasang balok-balok lintel. Untuk mencegah terjadinya retak pada sudut-sudut bukaan pintu dan jendela, maka dipasang kolom-kolom pengaku yang menerus dari balok lintel ke balok sloof/balok pengikat. Agar memudahkan dalam pengerjaan pengecoran beton dan mendapatkan hasil beton yang berkualitas baik, maka dianjurkan untuk mengunakan ukuran penampang balok minimum 15 cm x 20 cm dan ukuran penampang kolom minimum 15 cm x 15 cm.